PhD is a lonely journey, begitulah kebanyakan orang berkeyakinan. Saya termasuk yang tidak setuju dengan pernyataan itu. Bukan karena saya bersama istri dengan menempuh studi PhD secara bersama-sama dan di kampus yang juga sama, tetapi karena satu alasan yang fundamental. Manusia adalah makhluk transedental dan sosial.
Bagaimana mungkin kita dikatakan sendiri sementara kita punya Tuhan? Bagaimana juga kita merasa sendiri sementara kita hidup dengan banyak orang yang peduli?
Menurut saya, daripada mengatakan PhD is a lonely journey, mari kita ganti dengan PhD is a lovely journey!
***
Kuliah di masa pandemi menjadi pengalaman tersendiri. Kami harus menahan diri untuk tidak kontak langsung secara fisik dengan UTM selama 3 semester. Sampai kemudian di awal semester 4 kami bisa menginjakkan kaki di negeri jiran ini.
Hari-hari kami lalui di lab dan perpustakaan. Tidak mengenal hari libur. Kejar tayang dan meminimalisir waktu luang.
Saya tidak ingin melebaikan tulisan ini, karena setiap mereka yang kuliah memiliki tantangan tersendiri. Tetapi percayalah, do’a dan dukungan belahan hati itu sangat berarti.
Semoga perjuangan ini diridhoi.