Ada pertanyaan ditujukan kepada alim. Pertanyaanya begini “Sekarang banyak orang membenarkan sesuatu dengan mengatakan ‘oh, saya hanya mengikuti kata hati saya’, padahal yang dikerjakan itu kurang atau tidak baik. Apakah hati itu selalu benar?”.
Begini jawaban sang alim…
Kita mengenal hati nurani. Tetapi hati nurani itu tidak selalu benar. Karena hati nurani itu dibentuk oleh lingkungan, budaya, dan pengetahuan. Kalau faktor pembentuk itu keliru, maka bisikan hatinya pun bisa keliru. Apakah kamu kira kaum kapitalis atau komunis yang melecehkan perempuan itu tidak memiliki hati nurani? Semua punya hati nurani. tetapi pembentuknya keliru. Lalu bagaimana cara membentuk hati nurani dengan benar?
Hati nurani, kalau mau benar, harus dibentuk oleh cahaya ilahi. Hati nurani yang terbimbing oleh cahaya ilahi ini disebut dengan istafti qolbak. Petunjuk cahaya ilahi itu ada dalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu, terangilah hatimu dengan cahaya Qur’an. Allahu nurus samawati wal ‘ard. Dialah Allah adalah pemberi cahaya kepada langit dan bumi, termasuk di dalamnya kepada manusia, baik yang bersifat material atau immaterial.
Dalam agama, akal harus diasah, tetapi hati juga harus diasah. Letakkan sedikit rasa di akalmu, supaya dia lurus. Letakkan juga sedikit akal di perasaanmu, supaya hatimu terang.
Jum’at pagi, 14/08/2020