Ditulis oleh Ben Rogers, Jesse Adam, dan Sumitha Pennathur, buku Nanotechnology: The Hole Story menjadi buku sains yang penting untuk dibaca.
Berangkat dari gambaran besar tentang dunia yang kecil di Bab 1, pembaca diajak untuk memahami perubahan paradigma tentang teori atom dari model J.J. Thomson hingga E. Rutherford. Richard Smiley disebut sebagai ilmuan pertama yang menemukan C60 pada tahun 1985, molekul yang terdiri dari 60 atom Carbon. Richard Feynman kemudian menggaungkan slogan there’s a plenty room at the bottom.
Pandangan Feynman tersebut kemudian berimplikasi pada munculnya pertanyaan “kenapa nano penting?” Pertanyaan ini dijawab secara fundamental melalui konsep miniaturisasi di Bab 2. Poin utama yang ditekankan pada Bab 2 adalah tentang rasio permukaan-volume tinggi. Tentang hukum scaling. Mulai dari penskalaan geometri, mekanika, optik, sampai biologi.
Setelah pembaca dipastikan memahami konsep penskalaan itu, barulah Rogers dkk memasuki Bab 3 Pendahuluan Fisika Skala Nano. Tidak boleh tidak, mekanika kuantum adalah tumpuan dasar dari fisika skala nano, karena Newton tidak pernah melihat nanotube.
Saya tidak akan mengurai satu per satu bab dalam tulisan ini. Karena Rogers dkk mulai menulis secara fokus bidang-bidang nanoteknologi pada bab-bab berikutnya. Dari Bab 4 sampai Bab 11, secara berturut-turut, buku ini mengupas nanomaterial, nanomekanika, nanoelektronika, transfer panas skala nano, nanofotonik, mekanika fluida skala nano, nanobioteknologi, dan nanomedicine.