Tenang. Judul tulisan ini tidak provokatif. Memang demikianlah adanya. Bagaimana bisa cahaya ditambah cahaya malah menjadi gelap?
Mari kita letakkan dalam konteks yang pas.
Salah satu sifat unik cahaya adalah terjadinya interferensi. Sebuah pola alam yang sangat indah.
Ambillah dua batu berukuran besar, lemparkan ke dalam air kolam yang tenang, lalu amati apa yang terjadi.
Permukaan gelombang-gelombang air akibat jatuhnya dua batu akan saling bertemu dan menariknya, akan ada pola seperti bukit dan lembah yang unik. Akan teramati sebagian muka gelombang yang bertemu akan saling menguatkan sementara sebagian yang lain malah meniadakan.
Itulah yang disebut dengan interferensi yang juga dapat terjadi pada gelombang elektromagnetik: cahaya.
Pancarkan dua berkas cahaya pada dua celah yang saling berdekatan lalu amati berkas cahaya yang nampak pada layar di belakang celah. Pola terang dan gelap, bukan. Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh Thomas Young.
Bagaimana dua berkas sinar memunculkan pola terang dan gelap? Kenapa tidak terang saja?
Fase gelombang pemicunya. Ketika dua muka gelombang cahya itu bertemu dalam keadaan sefase (bukit ketemu lembah), maka terang akan muncul. Interferensi saling menguatkan, bahasa fisikanya interferensi konstruktif. Tetapi ketika dua muka gelombang itu bertemu dalam keadaan berbeda fase 180 derajat (bukit ketemu lembah), maka hasilnya adalah pola gelap. Kota sebut kejadian ini sebagai interferensi saling meniadakan, interferensi destruktif.
Dus untuk interferensi destruktif, cahaya + cahaya = gelap.
Begitulah cahaya. Unik sekali.