Membaca buku setebal 44 halaman ini seperti mengikuti perjalanan Pak Sentot ke Jepang. Pak Sentot menuliskan kegiatan dan kesan Beliau selama di negeri matahari terbit itu. Untuk menguak reformasi sekolah.
“Silakan lepas sepatu” adalah salah satu kebiasaan penting yang diceritakan oleh Pak Sentot dalam kunjungan Beliau ke SMP Agerei dekat Hotel Yamadasoe. Bukan hanya itu, detail tantang do’s and dont’s juga dipaparkan dengan gamblang. Secara bawah sadar, pembaca diajak untuk melihat lagi secara jujur keadaan di sekolah di negeri sendiri. Untuk kemudian kita semua berbenah diri. Memajukan negeri.
Dengan menuliskan subjudul “Kontroversi Pikiran”, Pak Sentot seolah menyindir kita betapa banyak di antara kita yang tidak terbuka terhadap open class. Di Jepang, sekolah dibuat terbuka.
Keterbukaan kelas di sekolah-sekolah Jepang dapat dilihat dari dinding yang transparan. Dindingnya kaca, bukan ful tembok. Guru di sana seolah tidak tertutup terhadap kejadian-kejadian di dalam kelas. Dengan begitu, guru pastilah akan merancang pembelajaran dengan maksimal, sebab kelasnya dapat dilihat dari luar.
Melihat bagaimana seriusnya para guru merancang pembelajaran dan bagaimana guru lain. Bahkan orang tua murid bisa menyaksikan pembelajaran itu. Kelas terbuka ini bertujuan agar guru mendapatkan masukan sebagai bahan perbaikan di pertemuan-pertemuan berikutnya. Semangat seperti itu betul-betul memberikan kesan tersendiri. “Saya harus menyembunyikan mata saya yang berkaca-kaca melihat suasana pembelajaran,” Pak Sentot mengungkapkan perasannya.
Di samping kesan baik dari sistem sekolah di Jepang, pengalaman mengikuti simposium internasional pun diceritakan dalam buku ini. Meskipun Pak Sentot menyarankan pembaca untuk melewati membaca bagian-bagian yang bernuansa teoritis dan filosofis, menurut saya justru bagian ini yang tidak boleh kita lupakan. Pak Sentot memang humble.
Cerita-cerita lain terus berlanjut, seperti belajar dari Sensei Kitada, sampai kejutan Pak Walikota.
Dari buku Menguak Reformasi Sekolah saya belajar, bahwa ternyata banyak hal yang perlu dibenahi dalam diri saya untuk menjadi pengajar yang baik dan mencari makna tentang arti pendidikan.
Terima kasih banyak atas tulisannya Pak Sentot.