Saya pertama kali mendengar nama Prof Zaini Ujang disebut dari cerita-cerita Prof Hadi Nur. Dari sana, saya berselancar di internet untuk mencari tahu lebih jauh tentang Beliau.
Prof Zaini Ujang bukan figur yang biasa. Beliau adalah NC (Naib Chancelor) termuda dalam sejarah pendidikan tinggi di Malaysia. Di usia Beliau yang masih 43 tahun, Beliau sudah berhasil menjadi tokoh sentral di UTM. Periode kepemimpinan Beliau dari tahun 2008 sampai 2013. Saat ini, Prof Zaini Ujang adalah Sekretaris Kepala Kementerian Alam Sekitar dan Air, Malaysia.
Bukan hanya itu, dari segudang prestasi yang Beliau telah torehkan selama ini. Ada satu karakter Beliau yang paling berkesan bagi saya. Beliau adalah pencinta buku dan kesusateraan. Jadi kalau kita cari nama Prof Zaini Ujang di internet. Google mendefinisikan Beliau sebagai pengarang (author).
Di Perpustakaan Raja Zarith Sofiah UTM, buku Kumpulan Puisi LESTARI adalah yang pertama saya temukan di antara barisan buku berkategori sastera. Di penghujung sore saat akan beranjak pulang dari perpustakaan, buku itu saya temukan karena dimensinya yang mencolok. Saya terkejut melihat nama penulis buku ini, “Zaini Ujang.” Tanpa berfikir panjang, langsung saya pinjam untuk saya baca di rumah. Buku ini berisi kumpulan puisi bertemakan keilmuan, kelestarian, dan ketuhanan. Di tulis oleh Prof Zaini Ujang dari beberapa belahan Bumi, dari Malaysia Hingga Madinah.
Membaca Kumpulan Puisi LESTARI saya mencoba memahami buah pikir Prof Zaini Ujang dalam warna kesusateraan. Kesan saya: gaya penulisan Beliau sangat sederhana dan santun. Tersurat bahwa Beliau tidak sedang mengagungkan diri lewat tulisan-tulisan itu. Melainkan, terkesan Beliau sebagai insan yang tawadu’ dengan keluasan dan kedalaman ilmunya.
Membaca Kumpulan Puisi LESTARI karya seorang pemimpin publik dan profesor di bidang teknik lingkungan ini membuat saya termotivasi bahwa seorang pendidik memang seharusnya menginspirasi orang lain untuk berliterasi.