“Untuk memperbaiki manusia itu butuh proses, tidak bisa langsung dihabisi. Jika tugas kenabian hanya untuk menghabisi keburukan, tentu bermitra dengan Izrail jauh lebih efektif ketimbang bermitra dengan Jibril” – Gus Baha.
Terkadang, keinginan seorang guru untuk mencerdaskan murid-muridnya malah menimbulkan perasaan yang berat, sering juga malah berujung pada kekecewaan. Berujung pada kecewa ketika ilmu yang telah diajarkan tak kunjung dipahami oleh para murid, latihan penyelesaian masalah tidak jua dikuasai. Lebih-lebih, ketika guru mendapati bahwa kebanyakan muridnya banyak meniru, salin-tempel, pekerjaan teman-temannya. Apakah dengan ini para guru perlu “menghabisi” murid-murid dengan marah-marah? Ah, kasihan sekali mereka. Kasihan muridnya, sekaligus gurunya.
Tak jarang, guru merasa sedih ketika bertanya kepada murid-murid, “apakah ada pertanyaan?”, lalu semua terdiam tanpa kata. Tak jarang, guru juga kecewa, ketika mengoreksi naskah tugas atau bahkan berkas ujian murid-murid, bahwa hanya 2 dari 30 murid yang pekerjaannya orisinil, sisanya persis sama bahkan sampai ke titik komanya.
Kejadian itu tidak hanya pernah dialami satu dua orang guru, tapi banyak. Tidak terkecuali saya.
Saya, sebagai guru, kemudian teringat pesan Kyai Maimun, Beliau dawuh…
“Jadi guru tidak usah punya niat bikin orang pintar, nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah. Didoakan saja terus-menerus agar muridnya mendapat hidayah.” – Kyai Maimun Zubair.
Mungkin ini yang kita lupakan, mungkin ini yang saya lalai. Niat, do’a, dan keikhlasan. Niat mengajar bukan semata untuk menjadikan murid pintar. Niat mengajar seharusnya untuk menyampaikan ilmu Allah. Lalu mendo’akan supaya kita dimudahkan oleh Allah dalam megajarkan ilmu itu. Mendo’akan murid-murid supaya juga diberi kemudahan oleh Allah, supaya dituntun oleh Allah. Selebihnya, usahakan, pasrahkan & ikhlaskan. Selebihnya pasrahkan, usahakan & ikhlaskan. Selebihnya ikhlaskan, pasrahkan, & usahakan. Selebihnya tiga poin ini harus berjalan beriringan. Bismillah.
Pagi di Blitar, 2 Agustus 2020.